Follow Us @curhatdecom

Friday, January 25, 2019

Tips Memilih GEOS (Gendongan Kaos) #AlaBundaro

3:56:00 PM 4 Comments
Salam gendong dari Bundaro yang masih wara-wiri sambil bawa gembolan bayi hihihi. Kali ini gue gak akan meriview gendongan dari brand tertentu ya guys. Tapi gue mau kasih tips gimana cara memilih gendongan kaos atau GEOS.
GeOs merk Mere ET Moi

Tau dong geos itu apa? Yups dari namanya ajah udah pasti tau kalau gendongan ini berbahan dasar kaos. Cara pakai Geos ini gampang banget cyin. Tinggal slurup selesai.

Yes, beberapa tahun ini Geos emang lagi fenomenal banget ya gaes. Karena memudahkan emak-emak jaman now yang rata-rata (gak semua loh) menyerah pakai jarik yang di untel-untel itu loh. Atau gak mau ribet juga sama ring sling yang kalau gak bener cara pakainya si ring besinya malah bikin sakit di pundak.

Kalau kalian berencana membeli geos untuk di pakai sendiri atau di jadikan kado untuk orang lain, cusss simak dulu yes tips #alaBundaro berikut ini.

Pemilihan Bahan
Meski dari namanya udah ketahuan kalau geos alias gendongan kaos pastinya bahannya terbuat dari kaos guys. Tapi kalian pasti setuju sama gue kalau gak semua kaos karakternya sama. Ada yang tebel, ada yang tipis, ada yang ketat, dan ada yang gampan melar.

Begitu juga dengan GEOS ini. Masing-masing brand tentunya punya kebijakan masing-masing dalam pemilihan bahan yang digunakan. Bahkan dalam brand yang sama ajah kadang karakter kaos yang digunakan bisa beda loh. Ehm... gue lupa istilahnya apa, tapi kata kakak gue yang produksi hijab kata tukang kain setiap kain setelah proses pewarnaan bisa berubah karakternya. Entah itu kasar lembutnya, juga gramasinya.

Nah di pameran IMBEX 2019 kemarin, gue sempat mengunjungi beberaoa stand dari brand GEOS yang ada di Indonesia. Selain akhirnya gue beli salah satunya, yang gue lakukan adalah "meper" alias pegang-pegang hampir semua yang mereka pajang. Dan Yes, meski satu brand kadang bahannya beda.

Size Gendongan Berdasarkan Berat Badan Pemakai
Geos Petit Mimi, ukuran yang pas sangat penting untuk mendapatkan posisi menggendong yang ideal

Nah karena GEOS sifatnya instan, saat membeli GEOS hal penting nomor dua yang harus di perhatikan adalah Berat Badan Penggendong. Karena ini mengacu kepada size GEOS yang akan digunakan.

Umumnya geos ini punya ukuran S, M, L, dan XL. Tapi untuk size gue lebih suka kalau brand mencantumkan ukuran cm geos itu sendiri. Karena berat badan seseorang bukan cuma sensitif untuh dibicara (eaaaaa) tapi juga gak mutlak karena BB orang yang satu dengan yang lain akan berbeda karena TB (tinggi badan) juga berbeda.

Dengan ukuran Cm, kita bisa ngukur sendiri. Caranya adalah dengan menggunakan meteran kain (itulah meteran yang biasa dipakai tukang jahit). Caranya dengan mengalungkan meteran (ukuran sesuai dengan informasi ukuran dari penjual) ke tubuh kita. Jadi bisa di kira-kira seperti apa saat di gunakan.

Dan karena bahannya kaos, biasanya setelah di pakai gendong, bahannya akan melar 3-5 cm tergantung jenis kaos nya ya.

Usia Bayi Yang di Gendong
Walau gue biasa melihat orang pakai geos sejak bayi newborn. Bayi newborn yang gue lihat memang mereka di gendong dengan cradle atau posisi rebahan.

Baca Juga : Memilih Gendongan untuk Bayi Baru Lahir

Gue pribadi pakai geos baru setelah Gazaro berusia 4 bulan. Karena posisi menggendong yang gue terapkan ke Gazaro adalah posisi upright atau M-shape. Nah Geos ini bisa di bilang T.I.C.K.S. nya kurang apalagi kalau tidak sesuai ukuran penggendong.

Cara Gendong Yang Di rekomendasikan
Meski banyak yang bilang kalau jangan pekeh anak nanti jalannya ngengkang, gue pribadi tidak terlalu ambil pusing sih. Karena ternyata menggendong M-shape direkomendasikan loh. Terutama untuk mencegah hip dysplasia. Tapi menurut dokter spesialis anak dan konselor babywearing menggendong upright atau m shape mungkin tidak bisa diterapkan pada anak-anak berkebutuhan khusus seperti cerebral palsy dengan tingkat kekakuan yang berbeda-beda.

Dan gue mau garis bawahi ya, kalau menggendong M-Shape BERBEDA dengan Pekeh. Pekeh itu posisi kaki terlalu di lebarkan atau overspread. Sedangkan M-shape posisi kaki mengikuti posisi kaki alami bayi. Jadi sebelum di gendong m-shape kita lihat dulu, kaki bayi alaminya seberapa lebar terbukanya.

Tau posisi gendong samping kan? Nah itu namanya di pekeh. Makanya pekeh itu baru boleh kalau bayi sudah bisa duduk sendiri. Maksudnya duduk sendiri adalah dia dari posisi tengkurap kemudian duduk sendiri tanpa di bantu atau di dudukkan ya.

Nah menurut gue pribadi dengan berbagai pertimbangan di atas, untuk membeli geos secara online itu sangat tricky. Karena gue pernah beli salah satu brand geos ukuran XL. Dan ternyata gak muat guys. Sampai hati gue terpoteque rasanya karena 'Hello sebesar itukah body gue". Dan akhirnya si gendongan berakhir di jejeran gendongan preloved gue hihihi

Baca Juga : Ternyata Selama ini Gue Salah Memilih Gendongan

Dan akhirnya gue beli brand lain, secara offline di salah satu baby shop di Banjarmasin. Gue coba dulu hingga akhirnya merasa pas baru deh gue beli. Dan beberapa hari lalu gue beli donk Geos brand yang sebelumnya gue preloved karena akhirnya gue bisa coba langsung supaya pas. Herannya Size nya berubah loh. Gue pakai yang L cukup.

Boleh Ge-Er gak? hahaha. Kan kali ajah memang ternyata gue tambah langsing #uhuk

Hahaha padahal seperti yang gue sebutkan di poin pertama, barangkali karena memang bahan yang berbeda meski masih satu brand ya makanya walaupun beda ukuran bisa beda hasil.

Oh iya, karena gue akhirnya punya GeOs dari dua brand berbeda, maka gue mau buat vlog perbandingan dua GeOs dari brand tersebut. Ada yang bisa tebak brand apa itu? Hihihi


Monday, January 14, 2019

Tiket Pesawat Mahal, Mudik Naik Apa?

1:44:00 PM 1 Comments
Libur sekolah anak udah kelar ya? Channel tv yang biasa isinya kartun jam segini, kembali ke program dangdutan kwkwkw. Gak aman buat Gazaro, akhirnya ganti channel ke program berita. Di rumah gue cuma dua channel yang bisa di tonton kwkwkw. Katanya sih tv digital dan antena digital. Tapi ternyata meski digital antena dalam gak suport di daerah gue. 

Eh oke tapi gue bukan mau bahas tentang tv ya. Gue mau bahas tema talkshow itu channel, yaitu tentang harga tiket pesawat yang meroket. Bentar ini ngomongin pesawat atau roket sih?? kwkwkw

Sebagai "mantan dan calon" perantau gue cukup nyesek sih lihat deretan angka pas cek tiket pesawat. Meski sudah gak merantau. tapi dalam waktu dekat gue emang ada niat balik ke Banjarmasin. Bulan depan bertepatan dengan dua tahun Umaro pergi. Pengen banget nengok makamnya. 


Baru ajah ngerayu suami malamnya. Trus ada teman yang bikin status tiket ke malaysia 500k udah free bagasi. Sedangkan tiket ke Banjarmasin 1,300k tanpa bagasi. Syock donk gue, dan meringis pas ngecek di aplikasi Traveloka. 

Denger kabar Lion yang menghapuskan bagasi ajah udah bikin nyesek, apalagi dengan harga segitu. Dulu waktu di Banjarmasin udah dibikin nyesek karena tiket mudik ke Yogya cuma ada satu penerbangan dan itu udah di atas satu juta. Masih lebih murah ke Jakarta. Lah kok sekarang tiket ke Jakarta segitu juga, gue jadi gak berani intip harga tiket BJM-Jogja.

Padahal mudik dengan pesawat andalan gue banget. Karena jelas waktu tempuhnya lebih cepat. Bawa bayi kalau lama-lama di jalan kan pastinya ribet dan gak nyaman.

Nah terus talkshow yang gue tonton tadi itu, banyak hal sih yang dibahas. Selain kekhawatiran kalau harga pesawat naik ada kualitas yang dikurangi. Tapi semoga bukan hal perawatan dan keselamatan. Lah iya serem juga kan kalau sampai dua point itu yang dimaikan. 
Meski udah kembali ke Jakarta, tapi suami tetap berpotensi di pindah tugaskan apabila harga tiket masih selangit gitu. Apalagi Sesekali juga masih merasakan mudik kala harus ke tempat mertua di Jogja. 

Tapi kata pengamat, kenaikan harga tiket pesawat juga bisa di manfaatkan oleh perusahaan transportasi  lainnya. Seperti kereta, bus, dan kapal.

Kereta

Transportasi satu ini paling favorit buat gue. Karena cepat, ontime, nyaman, gak bikin mabok perjalanan hihihi. Tiketnya juga terjangkau harganya. Cara pesannya juga bisa online gak harus ngantri ke stasiun. 


Kalau lagi gak mampu males beli tiket pesawat alternatif pertama gue adalah kereta. Karena memang nyaman banget sih naik kereta. Apalagi beberapa tahun belakangan ini kereta api banyak bebenah diri. Gerbong penumpang lebih nyaman, stasiun yang semakin rapi dan banyak fasilitas menarik juga.

Pernah ngajak Gazaro naik kereta pas lebaran kemarin. Alhamdulillah perjalanan lancar dan aman hehehe (aman versi gue adalah bayi gak rusuh selama perjalanan hihhi)

Bus

Kalau di ingat-ingat terakhir kali gue naik bus itu 4 tahun lalu. Waktu pulang dari jogja setelah acara ngunduh mantu (cieeee gue baru ajah merayakan annifoursary loh... #PentingBuatGue kwkwkw). Waktu itu ada sedikit kejadian yang tidak diinginkan sehingga membuat gue stay lebih lama di Jogja.

Gue harus mengikhlaskan tiket kereta yang hangu ke Jakarta. Dan suami yang tiket pesawat ke Banjarmasin hangus juga. Yups rencana awal kami emang balik ke kota masing-masing. Gue menyelesaikan dulu kerjaan di Jakarta, resign, baru deh nyusul tinggal di Banjarmasin. 



Karena kejadian yang tidak di inginkan itu, akhirnya suami berniat mengantarkan gue dulu ke Jakarta. Baru balik ka Banjarmasin. Mungkin kejadian yang tidak diinginkan itu buah dari ketidak ridhoan ortu pada rencana kami yang pulang sendiri-sendiri hahaha. Jadi emak gue ngerasa aneh, itu isteri kok di biarin pulang snediri kwkwkw. So akhirnya sesuai dengan harapan emak deh, kalau gue akhirnya pulang diantar sama suami (cie nyebutnya suami, biasanya juga abang. Maklum mendadak nostalgia pada masa itu kwkwkw)

Pada waktu itu mau beli tiket pesawat mahal, tiket kereta sudah habis, pilihan terakhir adalah naik bus. Dan gue menolak dengan tegas kwkwkw. Kenapa? Karena gue gak bisa naik bus Cyiiin... Mabokan anaknya akutuh kwkwkw.
Tapi akhirnya luluh setelah di tawarinnya bus yang eksekutif kwkwkw. Ada sih keinginan ngajarin Gaza untuk mencoba berbagai transportasi umum. Supaya gak melulu harus pesawat.

Mungkin bisa dicoba kali ya dengan rute terdekat dulu. Ke Bandung barangkali atau bogor gitu (semoga si Abang baca ini kwkwkwkw). 

Oh iya, dulu waktu kecil gue kalau mudik ke Pacitan Jawa Timur (kampung emak dan Babeh) inget banget kalau mau beli tiket harus datang langsung ke pull bis nya (eh bener gak nih tulisannya), trus ngantri apalagi kalau musim mudik. Beugh malesin banget.

Gue pernah juga nyari tiket ke Bandung di terminal. Ya ampun, gue gak kuat serangan para calo. Gue tuh paling gak bisa di serbu gitu. Jadi keder dan gak bisa mikir trus blank.

Tapi kabar baiknya, ternyata sekarang pesen tiket bus gak harus begitu lagi cuy. Karena bisa pesan tiket bus secara online lewat aplikasi traveloka. Bahkan buat yang tinggal di Sumatra Bus Putra Pelangi sudah bisa di pesan secara online loh di traveloka.

Kapal Laut

Sejujurnya gue penasaran mencoba pulang kampung dengan kapal laut. Selama ini gue baru mencoba naik kapal veri dan Roro saja. Waktu itu perjalanan dari Jakarta-Lampung (waktu kecil), trus nyebrang dari Batulicin-Kota Baru Kalimantan Selatan, dan waktu perjalanan ke Bengkalis Riau.

Pernah sih ngajakin abang mudik naik kapal waktu masih di Banjarmasin. Tapi orangnya belum acc hahaha. Karena kalau naik kapal katanya baru ada ke Surabaya ajah. Dan masih PR banget buat sampai di Jogja hihihi

Gak papa, semoga kapan-kapan bisa nyobain naik kapal laut. Malah kalau bisa sekalian kapal pesiar (semoga suami baca kwkwkw #kode). Kalau kalian guys tim naik apa kalau traveling, atau mudik?