Yes, gue nikah pakai proposal. Mungkin karena kelamaan jadi orang organisasi yang saban waktu bikin proposal terus kali sampai nyari jodoh pun pakai proposal kwkwkw. Dan gue hanya menulis 3 kriteria dasar yang bagi gue mencakup keseluruhannya.
- Bertanggung jawab
- Tidak merokok
- Menerima Gue apa adanya
Seiman? Oh yes itu mah syarat utama yang gak perlu di tulis lah. Dan yang paling gue BOLD adalah poin nomor 2. Yaitu tidak merokok. Kenapa? Karena gue bengek kalau ada asap rokok kwkwkw. Eh serius!
Dulu waktu kuliah sampe-sampe gue sebel banget sama kakak kelas. Ngaku mahasiswa, suka ngutang buat makan, tapi kok bisa beli rokok. Jadi biasanya kalau mereka udah mulai taru rokok di mulut, saat lengah mencari korek itu rokok gue cabut trus kabur.
Dan gue juga masih gak habis pikir kenapa mereka lebih memilih gak makan, tapi gak rela kalau sampai gak merokok. Kurang apa yah itu campaign di medsos-medsos tentang kisah nyata para perokok? Atau itu gambar-gambar serem di bungkus rokoknya.
Dan yang Paling gue benci adalah, "LO YANG NGEROKOK, KENAPA JUGA ASEPNYA HARUS GUE YANG NERIMA?"
Kenikmatan Dalam Rokok
Pernah suatu hari gue mengikuti tranining pengembangan diri. Nah trainernya menjelaskan tentang kenapa Rasul menyunahkan 3 olahraga yaitu Renang, Berkuda, dan Memanah. Ternyata rahasianya adalah, itu olahraga yang semuanya basicnya adalah mengatur napas.
Sebetulnya saat kita bisa menghirup napas dengan teratur dan mendalam, kita dapat mengendalikan emosi kita loh. Coba ajah kalau memanah sambil ngos-ngosan napasnya, pasti anak panah meleset. Sama prinsipnya ketika merokok. Coba merokok dengan hirupan seperti orang ngos-ngosan, mana nikmat?
Nah hanya saja kok ya gak peduli sih kalau rokok itu merusak. Gue yakin para perokok sadar, cuma itu tadi "GAK PEDULI". Terserah kalau itu loe telen sendiri. Lah kalau sampai orang di sekitar yang kena imbas terutama anak-anak. Kan TERLALU.
Aduh gue kok nulisnya berapi-api gini yak, kwkwkw. Iya gue jengkel banget. Sampai-sampai gue pasang stiker dilarang merokok di depan rumah. Biar tamu yang datang paham tuan rumah tidak mentoleransi rokok. Apalagi ada GazaRo kan di rumah. Ngeri liat berita tentang anak yang kena peunomia gara-gara orang dewasa yang merokok di dekatnya.
Bahkan ayahro kalau baru pulang gue suruh ganti baju dulu baru pegang2 anaknya. Awalnya sih Ayahro keberatan gue pasang sticker itu. Tapi doi akhirnya pasrah karena lebih keberatan lagi kalau gue menegur orang yang merokok di rumah. Katanya gak sopan. Laaaah yang merokok siapa, yang gak sopan siapa. Mereka yang nikmat, kita yang skakmat 😤
Ada yang pernah nonton film hafalan solat Delisha? Penulisnya pernah bercerita kalau ternyata lokasi pantai tempat syutingnya yaitu pulang genteng kalau gak salah disana ada gerakan khusus untuk rokok. Lupa juga nama gerakannya, tapi intinya setia ibu/wanita ketika membelikan rokok untuk suaminya mereka ambil satu batang setiap bungkusnya. Jika sudah terkumpul satu bungkus saat di minta membelikan lagi, mereka memberikan rokok yang berhasil di kumpulkan. Kemudian uang rokok jatah hari itu di pakai untuk gotong royong membangun fasilitas kesehatan, yang katanya belum ada di desa tersebut.
Emak gue di Jakarta punya warung kelontong. Kadang sedih yang datang membeli rokok adalah keluarga yang sehari-harinya pas Pasan. Bahkan bisa di bilang kurang. Tapi para bapak-bapak ya kok nekat terus merokok.
Atuh pak itu kalau di kumpulin sampeyan bisa beli motor buat ngojek loh. Dari pada bengong depan rumah sambil isep racun😤
Kata emak, belakangan yang beli rokok kadang anak kecil. Bilangnya di suruh bapaknya. Kalau warung kelontong di kampung-kampung mah kan gak kayak minimarket yang jelas ada peraturan di larang membeli rokok dan minuman keras di usia-usia tertentu. Tapi belakangan emak suka gak ngasih tuh bocah-bocah yang katanya di suruh para leluhurnya. Lagian itu orang yak, yang ngerokok dia, kenapa belinya nyuruh orang, yang ngisep dia, kenapa yang sakit orang lain. NYURUH ANAK KECIL PULA!!!
Beberapa waktu lalu di siarkan secara live di 100 radio yang bekerjasama dengan KBR untuk mendengarkan pemaparan ibu Magdalena Sitorus dari Jaringan Perempuan Peduli Pengedalian Tembakau (JP3T)
Dan Ibu Ligwina Hananto - Financial Trainer.
Keduanya membahas tentang rokok yang di harapkan kedepannya tidak lagi murah, #rokokharusmahal. Agar masyarakat khususnya anak-anak yang mulai berani coba-coba berpikir ulang untuk membeli. Kalau ibu Magdalena setuju harga #rokok50ribu gue sepakay untuk di taruh di harga 100rb hehehehe...
Biar gak pake mikir ulang, tapi langsung ilfiel hahahaha.
Siaran yang di dengar dari Sabang sampai merauke tersebut mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Ada masukan dari pendengar yang cukup menarik, yaitu dari mba Tri.
saya sangat mendukung rokok harus mahal. Selain agar tidak mudah dibeli anak. Saya punya saran Bagaimana kalau penjual rokoknya dibatasi, hanya tempat-tempat tertentu mungkin toko yang besar yang punya cctv dan pengawasan yang ketat. Kemudian yang perlu jadi perhatian adalah rokok yang tidak memakai cukai, atau industri rumah tangga.
Idenya oke juga ya. Kalau misal setiap provinsi hanya ada beberapa outlet, dan misalkan yang di daerah untuk bisa beli rokok harus ke kota kan seru tuh kwkwkw 🤣. Mendaki gunung lewati lembah...
Gue berdoa semoga orang-orang yang mengkampanyekan #rokokharusmahal diberikan kesehatan supaya Champaign ini mencapai goalnya dan membawa perubahan lebih baik.
Btw salah satu alasan gue nyari suami yang gak merokok, karena selain bengekan, keluarga gue gak ada yang merokok. Jadi penting sekali adanya role model dalam keluarga. Dan dengan tidak merokok, gue sepakat kalau itu adalah bentuk tanggung jawab kepala keluarga (khususnya) kepada keluarganya. Baik secara kesehatan maupun secara finansial 😊
Bahkan ayahro kalau baru pulang gue suruh ganti baju dulu baru pegang2 anaknya. Awalnya sih Ayahro keberatan gue pasang sticker itu. Tapi doi akhirnya pasrah karena lebih keberatan lagi kalau gue menegur orang yang merokok di rumah. Katanya gak sopan. Laaaah yang merokok siapa, yang gak sopan siapa. Mereka yang nikmat, kita yang skakmat 😤
Rokok harus mahal
Ada yang pernah nonton film hafalan solat Delisha? Penulisnya pernah bercerita kalau ternyata lokasi pantai tempat syutingnya yaitu pulang genteng kalau gak salah disana ada gerakan khusus untuk rokok. Lupa juga nama gerakannya, tapi intinya setia ibu/wanita ketika membelikan rokok untuk suaminya mereka ambil satu batang setiap bungkusnya. Jika sudah terkumpul satu bungkus saat di minta membelikan lagi, mereka memberikan rokok yang berhasil di kumpulkan. Kemudian uang rokok jatah hari itu di pakai untuk gotong royong membangun fasilitas kesehatan, yang katanya belum ada di desa tersebut.
Emak gue di Jakarta punya warung kelontong. Kadang sedih yang datang membeli rokok adalah keluarga yang sehari-harinya pas Pasan. Bahkan bisa di bilang kurang. Tapi para bapak-bapak ya kok nekat terus merokok.
Atuh pak itu kalau di kumpulin sampeyan bisa beli motor buat ngojek loh. Dari pada bengong depan rumah sambil isep racun😤
Kata emak, belakangan yang beli rokok kadang anak kecil. Bilangnya di suruh bapaknya. Kalau warung kelontong di kampung-kampung mah kan gak kayak minimarket yang jelas ada peraturan di larang membeli rokok dan minuman keras di usia-usia tertentu. Tapi belakangan emak suka gak ngasih tuh bocah-bocah yang katanya di suruh para leluhurnya. Lagian itu orang yak, yang ngerokok dia, kenapa belinya nyuruh orang, yang ngisep dia, kenapa yang sakit orang lain. NYURUH ANAK KECIL PULA!!!
Program Radio Ruang Publik KBR
Beberapa waktu lalu di siarkan secara live di 100 radio yang bekerjasama dengan KBR untuk mendengarkan pemaparan ibu Magdalena Sitorus dari Jaringan Perempuan Peduli Pengedalian Tembakau (JP3T)
Dan Ibu Ligwina Hananto - Financial Trainer.
Keduanya membahas tentang rokok yang di harapkan kedepannya tidak lagi murah, #rokokharusmahal. Agar masyarakat khususnya anak-anak yang mulai berani coba-coba berpikir ulang untuk membeli. Kalau ibu Magdalena setuju harga #rokok50ribu gue sepakay untuk di taruh di harga 100rb hehehehe...
Biar gak pake mikir ulang, tapi langsung ilfiel hahahaha.
Siaran yang di dengar dari Sabang sampai merauke tersebut mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Ada masukan dari pendengar yang cukup menarik, yaitu dari mba Tri.
saya sangat mendukung rokok harus mahal. Selain agar tidak mudah dibeli anak. Saya punya saran Bagaimana kalau penjual rokoknya dibatasi, hanya tempat-tempat tertentu mungkin toko yang besar yang punya cctv dan pengawasan yang ketat. Kemudian yang perlu jadi perhatian adalah rokok yang tidak memakai cukai, atau industri rumah tangga.
Idenya oke juga ya. Kalau misal setiap provinsi hanya ada beberapa outlet, dan misalkan yang di daerah untuk bisa beli rokok harus ke kota kan seru tuh kwkwkw 🤣. Mendaki gunung lewati lembah...
Gue berdoa semoga orang-orang yang mengkampanyekan #rokokharusmahal diberikan kesehatan supaya Champaign ini mencapai goalnya dan membawa perubahan lebih baik.
Btw salah satu alasan gue nyari suami yang gak merokok, karena selain bengekan, keluarga gue gak ada yang merokok. Jadi penting sekali adanya role model dalam keluarga. Dan dengan tidak merokok, gue sepakat kalau itu adalah bentuk tanggung jawab kepala keluarga (khususnya) kepada keluarganya. Baik secara kesehatan maupun secara finansial 😊
saya juga gasuk bau rokok!
ReplyDelete