Follow Us @curhatdecom

Sunday, October 9, 2016

Perlukah Mengungsi Ke Rumah Orangtua Pasca Melahirkan?


Bulan ini Umaro masuk usia 6 bulan. Gak terasa kayaknya baru kemaren gue nginep di rumah sakit seminggu lamanya menanti baby ini lahir plus dirawat karena mengalami keracunan ketuban (lengkap ceritanya menyusul). Karena tinggal jauh dari orangtua, beberapa bulan sebelum melahirkan gue dan suami berdiskusi serius tentang "Dimana Gue Akan Melahirkan".

Kebanyakan orang memilih untuk pulang kampung ke rumah orangtua untuk melahirkan. Gue sempat berpikir hal yang sama, mau mudik dan bersalin Jakarta saja. Terutama karena pastinya di Jakarta Fasilitas Kesehatannya lebih lengkap.

Tapi setelah di kalkulasi (matematika keleus di kalkulasi) gue lebih mantap untuk tinggal di samping suami tercinta, karena emang pada dasarnya gue gak bisa LDM (Long Distance Marriage). Misal gue lahiran di Jakarta, batas akhir boleh naik pesawat adalah usia kandungan 7 bulan, trus setelah searching bayi baru aman naik pesawat di usia 5-6 bulan (pada akhirnya usia 5 bulan Umaro ikut mudik Emaknya ke Jakarta sih hihihi). Dihitung-hitung gue bakal LDM sama suami 7-8 bulan #syok. Artinya bulan ini gue baru kembali menghirup udara Banjarmasin #GakSanggup.

Belum lagi kalau gue melahirkan di Jakarta, entah berapa biaya yang harus di keluarkan suami untuk bolak balik jenguk. Dan tentunya moment yang paling di nantikan sebagai calon ayah bisa jadi terlewat kalau meleset dari HPL (Hari Perkiraan Lahir). So mari tegarkan diri melahirkan jauh dari orangtua.

Tapi banyak pertimbangan memang untuk melahirkan dekat dengan orangtua, beberapa hal yang gue simpulkan adalah:

Ada tangan yang berpengalaman mengurus bayi. Ortu yang memang sudah lebih dulu punya anak kan pastinya lebih berpengalaman terutama untuk urusan memandikan bayi. Apalagi anak pertama, biasanya ngeri-ngeri sedap gitu deh buat megang bayi yang kayaknya masih rapuh banget.

Pas hamil dah ngincer Baby Bather jadi sudah bisa mandiin sendiri sejak keluar dari rumah sakit :)

Fasilitas kesehatan yang lebih baik. Untuk yang merantau ke plosok Indonesia nih, gak di pungkiri fasilitas kesehatan di tanah air kita ini belum merata. Daripada ambil resiko melahirkan di tempat ortu yang memang sudah lebih maju tidak ada salahnya dipilih.

Suami yang harus kembali bekerja. Masa pemulihan terutama yang melahirkan secara SC tentunya membutuhkan waktu. Apalagi dimasa ini kadang ibu rentang mengalami depresi. Bingung harus bagaimana, bingung dengan perubahan statusnya, dll. Kehadiran ortu akan sangat membantu meminimalisir rasa kesendirian new mom.

Cinta tanah kelahiran. Ini biasanya buat perantau yang gagal move on dari tanah kelahirannya. Jadi demi ingin anaknya di KTP sama dengan orangtuanya akhirnya memilih melahirkan di tanah kelahiran.

Request keluarga besar. Barangkali ini point yang tidak terduga bahwa adanya request keluarga besar. Jadi kadang apalah arti dari suara 2 orang lawan suara sekampung hehehe.

Mama dan Bapak Mertua datang dari Jogja nengok Umaro  

Memang gak mudah bagi gue khususnya mau memilih melahirkan dimana. Tapi karena gue lebih butuh dukungan suami yang harus bertanggung jawab terhadap hasil perbuatannya fix gue pilih melahirkan di Banjarmasin. Soalnya satu point lagi yang bikin gue optimis di Banjarmasin adalah Emak gue kebanyakan mitos kwkwkw

Yang ada gue pusing harus memenuhi rentetan ritual permitosan tersebut sebelum dan sesudah melahirkan. Padahal saat hamil dan menyusui ketenangan jiwa sangat dibutuhkan. Saat hamil agar bayi tidak ikut stress dan saat menyusui agar tidak sama-sama stress dan ASI bisa lancar. 


Keluar rumah sakit Emak sama Babeh dari Jakarta juga datang nengok cucu
So, yang mau melahirkan pikirkan baik-baik bersama pasangan dan keluarga besar apakah mau ngungsi atau tetap mandiri. Kalau mau mandiri kuncinya cuma butuh percaya diri kok. Itu kan anak kita, yakin ajah kita bisa mengurusinya sendiri. Tapi bukan berarti gak boleh minta bantuan orang loh ya. Misal untuk urusan memandikan kita bisa hubungi bidan terdekat untuk datang memandikan bayi loh sambil kita juga belajar.

Apalagi Pak Suami, hayuk di bantu isterimu. Kalau bisa dampingi saat melahirkan. Lihat perjuangannya melahirkan buah cintamu... 

PS: Makasih Ayahro sudah mendampingi Bundaro #BigHug

10 comments:

  1. Waktu Nada lahir juga begitu, mengungsi selama sebulan di rumah eyangnya, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasti Om Al jadinya bolak balik terus deh hehehe

      Delete
  2. aku pasti tinggal di rumah ortu secara sekarang juga masih numpang. hehehe. dan ya itulah, belum lahiran aja sudah mulai wanti-wanti ini itu neneknya :D

    ReplyDelete
  3. Saya dua kali melahirkan dan dua2 nya jauh dr ortu. Enaknya kita jd lebih bebas dan mandiri. Gak enaknya kalo ada sesuatu yg kita msh blm paham dan butuh bimbingan ortu😂 jalan keluarnya paling telpon2an

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba aku merasa leluasa mengurus semuanya sendiri. Meski setiap mengalami kesulitan inget mama, langsung telpon tanya apakah dulu aku merepotkan waktu kecil hiks

      Delete
  4. Untungnya rumah emak cuma selemparam batu dr rumahku mak jd gampang lah kalo butuh tangan2 ahli hahaha...n pastinya ga perlu jauh dr suami jg

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi iya itu enak banget... Mudik juga hemat ya mba hehehe

      Delete
  5. Saya ngacung deh. Waktu mau lahiran anak pertama, ibu saya meminta pulang. Padahal suami sudah siap. Siap menikah kan siap segalanya termasuk punya baby. Tapi gimana lagi, orang tua meminta dengan sangat untuk pulang. Demi menghormati orang tua juga, akhirnya suami yang ngalah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, karena konon katanya meski kita sudah jadi ibu sekalipun dimata orangtua kita tetap anak yang harus di perhatikan di tuntun hehehe

      Delete